Rabu, 31 Maret 2010

hipoplasia dan agenesis

BAB II
ISI

A . Pengertian Hipoplasia dan Agenesis
Hipoplasia adalah penurunan jumlah sel yang nyata dalam jaringan yang mengakibatkan penurunan jaringan atau organ, akibatnya organ tersebut menjadi kerdil.
Hipoplasia dapat juga mengenai semua bagian tubuh, dapat mengenai salah satu dari sepasang organ atau bahkan dapat mengenai kedua organ yang berpasangan.
Agenesis adalah organ embrional tidak terbentuk, misalnya individu hanya dilahirkan pada satu ginjal.

B . Contoh Hipoplasia
1 . hipoplasia pada kelenjar endokrin
• Kelainan Endokrin
• Kelainan Hipotalamus
• dan kelenjar pituitaria (hipofisis): Kelenjar pituitaria anterior berasal dari kantong Rathke sebagai invaginasi endoderma oral, yang kemudian lepas dari epitelium oral dan menjastruktur sel yang berproliferasi dengan cepat.
Hipofisa merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak.sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang. Jika hipofisa membesar maka akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya.
Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas hipofisa.Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus posterior (belakang).
hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara langsung menghubungkan keduanya. pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan melalui impuls saraf.lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan fungsi:
• Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (indung telur dan buah zakar)
• Laktasi (pembentukan susu oleh payudara)
• Pertumbuhan seluruh tubuh.
Adenohipofisa juga menghasilkan hormon yang menyebabkan kulit berwarna lebih gelap dan hormon yang menghambat sensasi nyeri.hipofisa posterior menghasilkan hormon yang berfungsi:
• Mengatur keseimbangan air
• Merangsang pengeluaran air susu dari payudara wanita yang menyusui
• Merangsang kontraksi rahim.
Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas kelenjar target.Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya dilepaskan terus menerus.
Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode aktif dan tidak aktif.Beberapa hormon (misalnya kortikotropin yang berfungsi mengendalikan kelenjar adrenal, hormon pertumbuhan yang mengendalikan pertumbuhan dan prolaktin yang mengendalikan pembuatan air susu) mengikuti suatu irama yang teratur, yaitu kadarnya meningkat dan menurun sepanjang hari,
Biasanya mencapai puncaknya sesaat sebelum bangun dan turun sampai kadar terendah sesaat sebelum tidur.Kadar hormon lainnya bervariasi, tergantung kepada beberapa faktor. pada wanita, kadar lh (luteinizing hormone) dan fsh (follicle-stimulating hormone) yang mengendalikan fungsi reproduksi, bervariasi selama siklus menstruasi.Terlalu banyak atau terlalu sedikitnya satu atau lebih hormon hipofisa menyebabkan sejumlah gejala yang bervariasi.


2. Kelainan bawaan (Kelainan Kongenital)

Cacat bawaan adalah kelainan struktur atau anatomi yang terdapat pada saat lahir. Cacat bawaan dapat berasal dari faktor genetik atau akibat pengaruh lingkungan atau gabungan keduanya yang terjadi selama perkembangan dalam rahim. Kebanyakan cacat bawaan disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan.

Selama dua minggu pertama kehamilan, senyawa yang bersifat teratogen (teratogenik) dapat membunuh embrio daripada menyebabkan cacat bawaan. Cacat umumnya terjadi pada masa awal embrio dibandingkan pada masa fetus, namun embrio yang terpapar senyawa teratogenik biasanya akan gugur pada masa enam sampai delapan minggu pertama. Selama masa pembetukan organ atau organogenesis antara hari 15 sampai 60, senyawa teratogenik akan menyebabkan cacat bawaan. Jenis gejala tergantung senyawa teratogenik yang akan dibicarakan dalam buku ini.

Sampai kapan pun tidak akan ada pengujian teratogenitas dilakukan pada manusia, karena itu berbagai metoda pada hewan dikembangkan terus untuk mengantisipasi kasus ini. Adanya laporan dan kajian epidemiologis akan memicu diversifikasi metoda teratogenitas ini.
Belakangan kita sering mendengar di radio dan melihat di televisi bahwa, kecenderungan lahir cacat sangat banyak terjadi di Indonesia. FDA sejak tahun 1975 telah mengelompokkan senyawa dan faktor lingkungan penyebab cacat ini. Di negara maju seperti Amerika dan Inggeris bahkan dalam buku resmi pengobatan (farmakope) telah dicantumkan pengelompokkan obat, bahan pembawa baik yang berupa coloris, odoris, saporis dan preservatif berdasarkan tingkat keamanannya, namun di Indonesia hal yang serupa masih diabaikan, kendati banyak kasus tidak tercatat telah kita amati secara kasat mata.

Beberapa senyawa teratogen yang menyebabkan cacat pada manusia akan dibicarakan berikut ini.
1.Nikotin tidak menimbulkan cacat bawaan, namun nikotin memberikan efek terhadap pertumbuhan fetus. Ibu yang merokok dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan intruterus. Perokok berat dapat memacu terjadinya kelahiran prematur. Nikotin menciutkan pembuluh darah uterus dan menurunkan aliran darah uterus sehingga menurunkan aliran oksigen dan nutrisi untuk embrio. Hal ini akan menahan pertumbuhan sel dan memeberikan efek yang tidak dikehendaki terhadap perkembangan mental.

2.Alkohol sering digunakan oleh wanita usia subur. Bayi yang lahir dari ibu pecandu alkohol menyebabkan hambatan pertumbuhan prenatal dan postnatal, hambatan mental, dan cacat lain. Gejala yang terlihat adalah pada wajah yang dihubungkan dengan fetal alcohol syndrome (FAS) termasuk palpebral fissures yang pendek, maxillary hypoplasia, philtrum samar, penyakit jantung bawaan dan perkembangan otak selama masa gestasi.

3.Tetrasiklin, antibiotika ini dapat masuk ke dalam membran plasenta dan tertumpuk pada tulang dan gigi embrio. Tetrasiklin dapat menyebabkan warna gigi berwarna kuning dan menekan pertumbuhan tulang. Tetrasiklin yang digunakan setelah lahir juga memberikan efek yang sama.

4.Antikonvulsan seperti fenitoin menghasilkan fetal hydantoin syndrome (FHS) yakni terhambatnya pertumbuhan intrauterrus, microcephaly, mental retardation, distal phalangeal hypoplasia, dan specific facial features.

5.Anti-neoplastis atau kemoterapeotik agents bersifat teratogenic karena dapat menghambat sel yang berkembang cepat. Obat-obat ini harus dicegah penggunaannya pada wanita hamil, keccuali jika sangat diperlukan hanya boleh dipertimbang pada trimester ketiga.

6.Asam retinoat atau turunan vitamin A bersifat teratogenik pada manusia. Walaupun dengan dosis rendah, penggunaan isotretinoin untuk pengobatan jerawat bersifat teratogenik. Priode kritis adalah minggu kedua sampai kelima kehamilan. Cacat yang sering terlihat adalah craniofacial dysmorphisms, cleft palate, thymic aplasia, dan neural tube defects (NTD).

7.Tranquilizer thalidomida merupakan senyawa teratogenik yang potensial. Obat yang bersifat hipnotik ini pernah digunakan sekitar tahun 1959, dan berakibat lahirnya sekitar 7000 bayi cacat dengan thalidomide syndrome atau meromelia. Gambaran sindroma ini meliputi ketidaknormalan alat gerak yang dapat mulai dari tidak adanya alat gerak sampai alat gerak yang pendek. Disamping itu thalidomida juga menyebabkan cacat organ lain seperti tidak adanya telingan bagian internal dan external, hemangiomas, penyakit jantung bawaan, dan cacat saluran uriner bawaan. Periode kritis antara hari 24 sampai 36 setelah fertilisasi.
Kelainan Bawaan (Kelainan Kongenital) adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan. Sekitar 3-4% bayi baru lahir memiliki kelainan bawaan yang berat.

Beberapa kelainan baru ditemukan pada saat anak mulai tumbuh, yaitu sekitar 7,5% terdiagnosis ketika anak berusia 5 tahun, tetapi kebanyakan bersifat ringan.

Penyebab

Kebanyakan bayi yang lahir dengan kelainan bawaan memiliki orang tua yang jelas-jelas tidak memiliki gangguan kesehatan maupun faktor resiko. Seorang wanita hamil yang telah mengikuti semua nasihat dokternya agar kelak melahirkan bayi yang sehat, mungkin saja nanti melahirkan bayi yang memilii kelainan bawaan.

60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak diketahui; sisanya disebabkan oleh faktor lingkungan atau genetik atau kombinasi dari keduanya.

Kelainan struktur atau kelainan metabolisme terjadi akibat:
- hilangnya bagian tubuh tertentu
- kelainan pembentukan bagian tubuh tertentu
- kelainan bawaan pada kimia tubuh.

Kelainan struktur utama yang paling sering ditemukan adalah kelainan jantung, diikuti oleh spina bifida dan hipospadia.

Kelainan metabolisme biasanya berupa hilangnya enzim atau tidak sempurnanya pembentukan enzim. Kelainan ini berbahaya bahkan bisa berakibat fatal, tetapi biasanya tidak menimbulkan gangguan yang nyata pada anak.
Contoh dari kelainan metabolisme adalah penyakit Tay-Sachs (penyakit fatal pada sistem saraf pusat) dan fenilketonuria.

Penyebab lain dari kelainan bawaan adalah:
Pemakaian alkohol oleh ibu hamil : Pemakaian alkohol oleh ibu hamil bisa menyebabkan sindroma alkohol pada janin dan obat-obat tertentu yang diminum oleh ibu hamil juga bisa menyebakan kelainan bawaan.
Penyakit Rh, terjadi jika ibu dan bayi memiliki faktor Rh yang berbeda.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya resiko kelainan bawaan:

Teratogenik
Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan. Radiasi, obat tertentu dan racun merupakan teratogen.
Secara umum, seorang wanita hamil sebaiknya:
- Mengkonsultasikan dengan dokternya setiap obat yang dia minum
- Berhenti merokok
- Tidak mengkonsumsi alkohol
- Tidak menjalani pemeriksaan rontgen kecuali jika sangat mendesak.

Infeksi pada ibu hamil juga bisa merupakan teratogen. Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat menyebabkan sejumlah kelainan bawaan:
- Sindroma rubella kongenital ditandai dengan gangguan penglihatan atau pendengaran, kelainan jantung, keterbelakangan mental dan cerebral palsy
- Infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil bisa menyebabkan infeksi mata yang bisa berakibat fatal, gangguan pendengaran, ketidakmampuan belajar, pembesaran hati atau limpa, keterbelakangan mental dan cerebral palsy
- Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan kepada bayinya sebelum atau selama proses persalinan berlangsung, bisa menyebabkan kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan penglihatan atau pendengaran serta kematian bayi
- Penyakit ke-5 bisa menyebabkan sejenis anemia yang berbahaya, gagal jantung dan kematian janin
- Sindroma varicella kongenital disebabkan oleh cacar air dan bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan bentuk dan kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih kecil dari normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental.

Gizi
Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen, tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik. Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.

Faktor fisik pada rahim
 Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera.
 Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan.
 Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa mempengaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses pembentukan air kemih.
 Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat (misalnya anensefalus atau atresia esofagus).

Faktor genetik dan kromosom

Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua.

Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.
Pola pewarisan kelainan genetik:
• Autosom dominan
Jika suatu kelainan atau penyakit timbul meskipun hanya terdapat 1 gen yang cacat dari salah satu orang tuanya, maka keadaannya disebut autosom dominan.
Contohnya adalah akondroplasia dan sindroma Marfan.
• Autosom resesif
Jika untuk terjadinya suatu kelainan bawaan diperlukan 2 gen yang masing-masing berasal dari kedua orang tua, maka keadaannya disebut autosom resesif.
Contohnya adalah penyakit Tay-Sachs atau kistik fibrosis.
• X-linked
Jika seorang anak laki-laki mendapatkan kelainan dari gen yang berasal dari ibunya, maka keadaannya disebut X-linked, karena gen tersebut dibawa oleh kromosom X.
Laki-laki hanya memiliki 1 kromosom X yang diterima dari ibunya (perempuan memiliki 2 kromosom X, 1 berasal dari ibu dan 1 berasal dari ayah), karena itu gen cacat yang dibawa oleh kromosom X akan menimbulkan kelainan karena laki-laki tidak memiliki salinan yang normal dari gen tersebut.
Contohnya adalah hemofilia dan buta warna.

Kelainan pada jumlah ataupun susunan kromosom juga bisa menyebabkan kelainan bawaan. Suatu kesalahan yang terjadi selama pembentukan sel telur atau sperma bisa menyebabkan bayi terlahir dengan kromosom yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau bayi terlahir dengan kromosom yang telah mengalami kerusakan.
Contoh dari kelainan bawaan akibat kelainan pada kromosom adalah sindroma Down.
Semakin tua usia seorang wanita ketika hamil (terutama diatas 35 tahun) maka semakin besar kemungkinan terjadinya kelainan kromosom pada janin yang dikandungnya.

Kelainan bawaan yang lainnya disebabkan oleh mutasi genetik (perubahan pada gen yang bersifat spontan dan tidak dapat dijelaskan). Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.

Gejala
Kelainan bawaan menyebabkan gangguan fisik atau mental atau bisa berakibat fatal.
Terdapat lebih dari 4.000 jenis kelainan bawaan, mulai dari yang ringan sampai yang serius, dan meskipun banyak diantaranya yang dapat diobati maupun disembuhkan, tetapi kelainan bawaan tetap merupakan penyebab utama dari kematian pada tahun pertama kehidupan bayi.

Beberapa kelainan bawaan yang sering ditemukan:

• Celah bibir atau langit-langit mulut (sumbing)

Terjadi jika selama masa perkembangan janin, jaringan mulut atau bibir tidak terbentuk sebagaimana mestinya. Bibir sumbing adalah suatu celah diantara bibir bagian atas dengan hidung. Langit-langit sumbing adalah suatu celah diantara langit-langit mulut dengan rongga hidung.




• Defek tabung saraf

Terjadi pada awal kehamilan, yaitu pada saat terbentuknya bakal otak dan korda spinalis. Dalam keadaan normal, struktur tersebut melipat membentuk tabung pada hari ke 29 setelah pembuahan. Jika tabung tidak menutup secara sempurna, maka akan terjadi defek tabung saraf.
Bayi yang memiliki kelainan ini banyak yang meninggal di dalam kandungan atau meninggal segera setelah lahir.


C. Contoh Agenesis
1. Amenorea
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus menstruasi normal meliputi interaksi antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta organ reproduksi yang sehat. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu:
1. Amenorea primer
Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita usia 16 tahun. Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi
2. Amenorea sekunder
Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus (pada kasus oligomenorea ), atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa. Angka kejadian berkisar antara 1 – 5%

Penyebab
Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:
• Pubertas terlambat
• Kegagalan dari fungsi indung telur
• Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
• Gangguan pada susunan saraf pusat
• Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah menstruasi dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal

Gambar 1. Himen Imperforata
Penyebab terbanyak dari amenorea sekunder adalah kehamilan, setelah kehamilan, menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi disingkirkan, maka penyebab lainnya adalah:
• Stress dan depresi
• Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga berlebihan, obesitas
• Gangguan hipotalamus dan hipofisis
• Gangguan indung telur
• Obat-obatan
• Penyakit kronik dan Sindrom Asherman

Gambar 2. Komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur
Tanda dan gejala
Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya menstruasi pada usia 16 tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan payudara, perkembangan rambut pubis), atau kondisi dimana wanita tersebut tidak mendapatkan menstruasi padahal sebelumnya sudah pernah mendapatkan menstruasi.
Gejala lainnya tergantung dari apa yang menyebabkan terjadinya amenorea. Perkembangan pubertas pada wanita normal digambarkan melalui Stadium Tanner yaitu :

Usia
Perkembangan
Payudara
Perkembangan
Rambut Pubis
Stadium Tanner
(Perkembangan Payudara)
Stadium Tanner
(perkembangan rambut Pubis)

Pertumbuhan Awal
(8-10 tahun)
Papila payudara
mulai menggunung
Belum ada rambut pubis
1
1

Thelarche (9-11)
Seperti Adrenarche
untuk Stadium 2
Seperti Adrenarche
untuk Stadium 2
2
1

Adrenarche (9-11)




2
2

Puncak Pertumbuhan
(11-13)




3
3

Menarche
(12-14)




4
4

Dewasa
(13-16)




5
6




Jenis-jenis pembuatan neovagina
Agenesis vagina, yang merupakan akibat agenesis atau hipoplasia system duktus mulleri, dikenal juga sebagai aplasia mulleri atau sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser (MRKH).Ini merupakan kelainan yang jarang terjadi, dengan insidensi 1 per 4000 – 10000 wanita. Etiologi masih tidak diketahui.
Agenesis serviks dan uterus biasanya ditemukan juga pada pasien ini; tapi 7-10% wanita dengan MRKH mempunyai uterus dengan endometrium fungsional, yang terobstruksi. Pasien ini mempunyai kariotipe wanita normal dan ovarium fungsional. Anomali ekstragenital juga sering menyertai MRKH. Kelainan urologis merupakan kelainan yang paling sering (25-40%), diikuti oleh kelainan skeletal tulang vertebra dan tungkai (12-15%). Gangguan nervus delapan dan gangguan jantung juga dapat ditemukan berkaitan dengan MRKH.
Genitalia eksterna tampak normal dan kantung atau lekukan vagina biasanya ada, karena 1/3 distal vagina berasal dari sinus urogenitalia. Pemeriksaan USG harus dilakukan untuk memeriksa ginjal dan mengkonfirmasi keberadaan ovarium dan ketidakberadaan uterus. Bila uterus didapatkan pada MRI, maka dapat menentukan apakah endometrium fungsional.
Agenesis vagina merupakan penyebab kedua terbanyak dari amenore primer, sementara penyebab pertama adalah disgenesis gonad. Penting utnuk membedaan MRKH dari androgen insensitivity syndrome (AIS) (sebelumnya diketahui sebagai feminisasi testis), yang juga dikarakteristikkan dengan vagina yang pendek atau tidak ada, tidak adanya serviks dan uterus, akibat keberadaan substansi inhibitor mulleri. Karena insensitivitas terhadap androgen dan peningkatan produksi estrogen, pasien ini mempunyai habitus tubuh wanita dan genitalia eksterna. Mereka kekurangan rambut pubis dan rambut ketiak.
Kariotipenya adalah 46, XY dan testosteron serum berada di range normal pria. Karena fenotip wanita, pasien ini dibesarkan sebagai wanita. Gonad pada pasien dengan AIS mempunyai kecenderungan tinggi degenerasi maligna (disgerminoma merupakan keganasan yang paling umum terjadi) dan harus diangkat setelah perkembangan pubertas selesai dan tinggi badan dewasa tercapai. Dilator vagina digunakan untuk menciptakan vagina fungsional.



2. Vagina Distal
Vagina bawah diganti oleh jaringan fibrosa pada kasus perkembangan abnormal bulbus sinovagina atau lempeng vagina. Duktus mulleri dan gonad intak; karena itu ovarium, uterus, servis, dan vagina proksimal normal pada pasien ini. Gejala yang paling umum adalah amenore primer dengan nyeri pelvis siklik. Pada pemeriksaan fisik, lekukan vagina didapatkan.
Terapi
Diseksi melalui jaringan fibrosa dilakukan sampai mukosa vagina tampak. Dengan ”pull-through” (menarik) jaringan vagina proksimal, maka dibentuk kembali sebuah vagina normal. Dengan memperbesar vagina proksimal, hematokolpos yang besar meningkatkan jumlah jaringan yang digunakan untuk prosedur operasi.
Pemeriksaan Penunjang
Pada amenorea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan USG, histerosalpingografi, histeroskopi, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormon FSH dan LH.
Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorea sekunder, maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar hormon tiroid dapat mempengaruhi kadar hormon prolaktin dalam tubuh. Selain itu kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Apabila kadar hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen / Progestogen Challenge Test adalah pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap lapisan endometrium dalam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.
Terapi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurunkan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorea diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung telur, dan penyebab susunan saraf pusat.

Saluran reproduksi
1. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim estrogen
2. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil)
3. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini terjadi pada wanita yang memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki keduanya namun kecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-bedah berupa dilatasi (pelebaran) dari tonjolan di tempat seharusnya vagina berada atau terapi bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin graft
4. Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon testosteron. Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita (indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak dapat memiliki anak)
5. Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine (dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan foto roentgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim
Gangguan Indung Telur
1. Disgenesis gonadal. Disgenesis gonadal adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung telur yang digantikan oleh jaringan parut.Terapi yang dilakukan dengan terapi penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual
2. Kegagalan Ovari Prematur. Kelaianan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau proses autoimun
3. Tumor ovarium. Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal


3. Gangguan Susunan Saraf Pusat
1. Gangguan hipofisis. Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat mengakibatkan amenorea. Hiperprolaktinemia (hormone prolaktin berlebih) akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat mengakibatkan gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan menggunakan agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh. Sindrom Sheehan adalan tidak efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa penggantian hormon agonis dopamin atau terapi bedah berupa pengangkatan tumor
2. Gangguan hipotalamus. Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan Sindrom Cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan penyebabnya
3. Hipogonadotropik, hipogonadism. Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan fungsional (anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan fungsional membutuhkan bantuan psikiater
Definisi
Kelainan bawaan pada ginjal dan saluran kemiih lebih sering ditemukan daripada kelainan bawaan pada bagian tubuh lainnya.
Kelainan bawaan yang menyumbat aliran air kemih menyebabkan air kemih tertahan dan hal ini bisa menyebabkan infeksi atau pembentukan batu ginjal.
Suatu kelainan bawaan pada sistem kemih-kelamin bisa menyebabkan gangguan fungsi ginjal atau menyebabkan kelainan fungsi seksual maupun kemandulan di kemudian hari.
4. Agenesis Ginjal
Pada saat pembentukan ginjal bisa terjadi sejumlah kelainan:
• Ektopia : ginjal tidak terletak pada tempat yang seharusnya
• Malrotasi : ginjal berada pada posisi yang salah
• Horseshoe kidney : kedua ginjal bersatu
• Agenesis ginjal : ginjal tidak terbentuk
• Sindroma Potter : kedua ginjal tidak terbentuk
• Penyakit ginjal polikista : ginjal mengandung banyak kista.
Kelainan yang mungkin ditemukan pada ureter (saluran kemih yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih):
• Ekstra ureter
• Misplaced ureter
• Ureter yang melebar atau menyempit.
Air kemih bisa mengalir balik dari kandung kemih ke dalam ureter yang abnormal, sehingga mudah terjadi infeksi ginjal (pielonefritis). Ureter yang menyempit bisa menghalangi aliran air kemih dari ginjal ke kandung kemih dan bisa menyebabkan ginjal membesar (hidronefrosis) serta menyebabkan kerusakan ginjal.
Horseshoe Kidney
Pada horseshoe kidney, ginjal menyatu pada bagian bawahnya sehingga bentuknya menyerupai tapal kuda. Kelainan ini tidak menimbulkan gejala atau masalah dan seringkali tidak terdeteksi. Ginjal tapal kuda mungkin ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan rontgen atau USG di daerah ginjal yang dilakukan untuk keperluan lain.
Pada beberapa kasus, ginjal tapal kuda bisa menyebabkan gangguan pada pengaliran air kemih ke dalam ureter. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya resiko infeksi ginjal dan kerusakan fungsi ginjal. Jika timbul gangguan, maka keadaan ini bisa diperbaiki melalui pembedahan.
Sekitar 1 diantara 1.500 bayi terlahir hanya dengan satu ginjal. Ginjal ini biasanya lebih besar dari normal. Dengan satu ginjal, seseorang masih bisa menjalani kehidupan yang normal. Tetapi ada 3 hal penting yang dapat membantu menjamin kesehatan ginjal:
- Katakan pada setiap dokter yang anda kunjungi bahwa anda hanya memiliki satu ginjal.
- Untuk mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ginjal, minum air putih sebanyak mungkin. Batu dapat merusak ginjal.
- Lakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur.


Sindroma Potter
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.
Gejalanya Berupa:
- Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang)
- Tidak terbentuk air kemih
- Gawat pernafasan,
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya fenotip Potter, oligohidramnion, paru-paru yang kaku dan kelainan sistem saluran kemih-kelamin.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
- USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang sangat abnormal)
- Rontgen perut bayi
- Rontgen paru-paru bayi
- Analisa gas darah.
Pengobatan ditujukan untuk memperbaiki penyumbatan pada saluran kemih.
5. Kelainan Kandung Kemih
Sejumlah kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada kandung kemih:
Ekstrofi : kandung kemih tidak terbentuk secara sempurna sehingga terbuka ke permukaan perut. Kelainan pada dinding kandung kemih, yaitu adanya kantung divertikula) yang memungkinkan aliran kemih terhenti dan meningkatkan resiko terjadinya infeksi saluran kemih. Penyempitan pada lubang kandung kemih yang tersambung ke uretra bisa menyebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna. Aliran kemih menjadi lambat dan bisa terjadi infeksi. Kelainan kandung kemih bisa diatasi dengan pembedahan.
6. Kelainan Uretra
Uretra adalah saluran yang mengalirkan air kemih keluar tubuh. Uretra bisa abnormal atau tidak terbentuk. Pada anak laki-laki bisa ditemukan kelainan berikut:
• Hipospadia : lubang uretra berada pada penis bagian bawah
• Epispadia : uretra pada penis terbuka dan tidak tertutup seperti halnya sebuah tabung.
Baik pada anak perempuan maupun anak laki-laki, penyempitan uretra bisa menyumbat aliran air kemih. Kelainan pada uretra bisa diperbaiki melalui pembedahan.
Hipospadia
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir.
Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.
Gejalanya adalah:
- Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis
- Penis melengkung ke bawah
- Penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan penis
- Jika berkemih, anak harus duduk.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya. Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan nanti. Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada saat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual.
Epispadia
Epispadia adalah suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dimana lubang uretra terdapat di bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka. Terdapat 3 jenis epispadia: Lubang uretra terdapat di puncak kepala penis ,Seluruh uretra terbuka di sepanjang penis Seluruh uretra terbuka dan lubang kandung kemih terdapat pada dinding perut. Gejalanya adalah:
- Lubang uretra terdapat di punggung penis
- Lubang uretra terdapat di sepanjang punggung penis.
Untuk menilai beratnya epispadia, dilakukan pemeriksaan berikut:
- Radiologis (IVP)
- USG sistem kemih-kelamin.

tumor Abdomen

Tumor abdomen

Pengertian
Merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di bungkusnya tetapi tidak menginvasinya.
Bagian terbesar dari tumor abdomen terdiri dari neuroblastoma, tumor Wilms, teratoma, tumor ovarium, limfoma abdomen, hepatoma dan lain–lain. Pada umumnya anak dengan tumor abdomen hampir tidak memberikan keluhan apabila masih dini, bahkan tidak jarang keluhan tidak atau belum timbul walaupun tumor telah dapat diraba. Hal ini mungkin karena sifat rongga perut yang yang longgar, sehingga bila ada massa di dalamnya, dapat tumbuh sampai cukup besar tanpa mengganggu organ di sekitarnya.

Gejala-gejala umum yang disebabkan oleh adanya kanker seperti lesu, lemah, badan makin kurus, keringat berlebih, demam, pucat dan rasa nyeri dalam perut, perlu mendapatkan perhatian seksama meskipun gejala seperti tersebut di atas dapat dijumpai pula pada berbagai penyakit infeksi kronis yang masih banyak terdapat di Indonesia.
Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah perut tampak membuncit dan keras ataupun pada saat anak dimandikan. Apabila telah diketahui ada tumor dalam abdomen, selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dengan hati-hati dan lembut untuk menghindari trauma berlebihan yang dapat mempermudah terjadinya tumor pecah ataupun metastasis. Ditentukan apakah letak tumornya intraperitoneal atau retroperitoneal. Tetapi pada tumor yang terlalu besar sulit menentukan letak tumor secara pasti. Demikian pula bila tumor yang berasal dari rongga pelvis telah mendesak ke rongga abdomen.
Bagian- bagian dari tumor abdomen:
Neuroblastoma
Diagnosis dini tumor ini sulit. Sebagian besar datang dalam stadium lanjut sehingga diagnosis lebih mudah ditegakkan tetapi angka kematiannya tinggi.
Tumor ini paling banyak berasal dari kelenjar adrenal dan gejala yang ditimbulkan merupakan akibat dilepaskannya metabolit katekolamin secara berlebihan yaitu berupa hipertensi, kemerahan (flushing), keringat yang berlebihan dan demam. Bila tumor telah membesar menyebabkan perasaan tidak nyaman dan penuh dalam perut disertai penurunan berat badan sampai failure to thrive. Ditemukannya benjolan-benjolan subkutis terutama di daerah kepala atau proptosis dan ekimosis periorbita, merupakan gambaran penyakit yang lanjut atau metastasis.
Kadar vanillyl mandelic acid (VMA) ialah suatu derivat katekolamin biasanya meningkat dan dapat ditemukan dalam urin penderita.
Pemeriksaan foto polos abdomen tidak jarang dapat ditemukan tanda-tanda perkapuran dalam massa tumor dan pada pielografi intravena biasanya sistem pelviokalises masih baik hanya letaknya berubah. Pemeriksaan USG dan CT scan dapat lebih mengetahui perluasan tumor dan metastasis.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis tumor, kadang-kadang diperlukan pemeriksaan imunohistokimia seperti neurofilament, synaptophysin dan neuron specific enolase (NSE)
Pada stadium lanjut dapat ditemukan kelompok-kelompok metastasis neuroblastoma dalam sumsum tulang.


Nefroblastoma (Tumor Wilms’)
Tumor ini berasal dari parenkim ginjal, oleh karena itu bila telah menyebar dapat menimbulkan hematuria. Disamping itu dapat disertai hipertensi karena tumor ini dapat merangsang aktifitas renin. Gejala tersebut dapat disertai nyeri, demam ataupun kadang-kadang anemia atau gejala tumor abdomen umumnya.
Tumor Wilms’ disebut dalam kepustakaan dapat disertai aniridia dan hemihipertrofi, walaupun keadaan tersebut sangat jarang. Pada pielografi intravena biasanya ditemukan gambaran sistem pelviokalises yang rusak atau gambar hidronefrosis dan tidak jarang gambaran sekresi ginjal tidak tampak.
Pada stadium lanjut dapat ditemukan gambaran metastasis dalam paru. Ultrasonografi dan CT scan walaupun tidak mutlak tetapi sangat membantu menegakkan diagnosis dan juga mencari metastasis.
Diagnosis pasti ditentukan dengan pemeriksaan histopatologi dari ginjal yang berisi tumor yang telah diangkat pada laparatomi eksplorasi.
Limfoma Abdomen
Limfoma abdomen dapat timbul dari kelenjar getah bening di hati, limpa dan usus. Apabila timbul di hati atau limpa akan menyebabkan hepatomegali atau splenomegali atau keduanya. Tetapi bila timbulnya di usus, maka massa tumor dapat menyebabkan obstruksi usus atau sebagai leading point untuk terjadinya intususepsi. Gejala yang dapat timbul ialah nyeri disertai pembengkakan perut dan perubahan kebiasaan buang air besar serta gejala obstruksi usus serta mual dan muntah. Perdarahan saluran cerna jarang terjadi apalagi perforasi usus. Biasanya pasien dengan gejala seperti tersebut di atas datang pada ahli bedah. Pemeriksaan radiologik yang diperlukan ialah barium meal terutama bila obstruksinya parsial. Dapat pula dilakukan pemeriksaan USG usus.


Teratoma
Tumor yang berasal dari sel germinativum ini dapat timbul di mana–mana. Tumor yang asalnya dari rongga abdomen hanya sekitar 1-2% dan biasanya letaknya retroperitoneal. Kira-kira 29% teratoma berasal dari ovarium. Teratoma retroperitoneal harus dibedakan dengan tumor Wilms, neuroblastoma atau rhabdomiosarkoma.
Selain ditemukan massa tumor dalam abdomen yang biasanya cukup besar, untuk teratoma matur, pada pemeriksaan foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran gigi, tulang dan lain-lain.
Rhabdomiosarkoma
Umumnya sebagian tumor ini berasal dari rongga pelvis, tetapi bila sudah besar dapat mendesak ke rongga abdomen sehingga secara klinis sukar dibedakan asalnya.
Tumor ini dapat memberikan gejala hematuria, sekret berdarah ataupun obstruksi saluran kemih. Pada anak perempuan tumor dapat keluar melalui vagina khususnya jenis botryoid, sehingga diagnosis menjadi lebih mudah.
Pemeriksaan penunjang lain untuk tumor ini tidak banyak memberikan bantuan kecuali pemeriksaan histopatologis dan imunohistokimia seperti vimentin, actin, myosin dan desmin.

Penyebab terjadinya tumor abdomen:
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi autonominya dalam pertumbuhan, kemampuannya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis.
Banyak kondisi yang dapat menimbulkan abdomen akut. Secara garis besar, keadaan tersebut dapat dikelompokkan dalam lima hal, yaitu :

1. Proses peradangan bakterial – kimiawi;
2. Obstruksi mekanis : seperti pada volvulus, hernia, atau perlengketan;
3. Neoplasma/tumor : karsinoma, polipus, atau kehamilan ektopik;
4. Kelainan vaskuler : emboli, tromboemboli, perforasi, dan fibrosis;
5. Kelainan kongenital.
Adapun penyebab abdomen akut tersering adalah :
a. Kelainan traktus gastrointestinal : nyeri non-spesifik, appendisitis, infeksi usus halus dan usus besar, hernia strangulata, perforasi ulkus peptik, perforasi usus, divertikulitis Meckel, sindrom Boerhaeve, kelainan inflamasi usus, sindrom Mallory Weiss, gastroenteritis, gastritis akut, adenitis mesenterika.
b. Kelainan pankreas : pankreatitis akut
c. Kelainan traktus urinarius : kolik renal atau ureteral, pielonefritis akut, sistitis akut, infark renal.
d. Kalinan hati, limpa, dan traktus biliaris : kolesistitis akut, kolangitis akut, abses hati, ruptur tumor hepar, ruptur spontan limpa, infark limpa, kolik bilier, hepatitis akut.
e. Kelainan ginekologi : kehamilan ektopik terganggu, tumor ovarium terpuntir, ruptur kista folikel ovarium, salpingitis akut, dismenorea, endometriosis.
f. Kelainan vaskuler : ruptur aneurisma aorta dan viseral, iskemia kolitis akut, trombosis mesenterika.
g. Kelainan peritoneal : abses intraabdomen, peritonitis primer, peritonitis TBC.
h. Kelainan retroperitoneal : perdarahan retroperitoneal.
MANIFESTASI KLINIS
Keluhan yang menonjol adalah nyeri perut. Adapun jenis nyeri perut terdiri dari :
a) Nyeri Viseral
Terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga perut. Peritonium visceral yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap rabaan atau pemotongan. Akan tetapi bila dilakukan regangan organ atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot yang menyebabkan iskhemia akan timbul nyeri. Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri. Nyeri visceral disebut juga sebagai nyeri sentral.
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan organ embrional yang terlibat. Saluran cerna yang berasal dari usus depan (foregut) menyebabkan nyeri di ulu hati atau epgastrium. Saluran cerna yang berasal dari usus tengah (midgut) menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus. Bagian saluran cerna yang berasal dari usus belakang (hindgut) menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Demikian juga nyeri dari buli-buli atau rektosigmoid. Karena tidak disertai rangsang peritonium nyeri ini tidak dipengaruhi gerakan sehingga penderita dapat aktif bergerak.
Persarafan sensorik organ perut :
Organ atau struktur Saraf Tingkat persarafan
Bagian tengah diafragma n. frenikus C3-5
Tepi diafragma, lambung, pankreas, kandung empedu, usus halus Pleksus seliakus Th. 6-9
Apendiks, kolon proksimal, dan organ panggul Pleksus mesenterikus Th. 10-11
Kolon distal, rektum, ginjal, ureter, dan testis n. splanknikus kaudal Th. 11-L1
Buli-buli, rektosigmoid Pleksus hipogastrik S2-S3
b) Nyeri Somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf tepi, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakan seperti ditusuk atau disayat, dan pasien dapat menunjukkan secara tepat letaknya dengan jari. Rangsang yang menimbulkan nyeri ini berupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang.
Gesekan antara visera yang meradang menimbulkan rangsang peritoneum dan menyebabkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun gesekan antar kedua peritoneum menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pada apendisitis akut.
Letak nyeri somatik :
Letak Organ
Abdomen kanan atas Kandung empedu, hati, duodenum, pankreas, kolon, paru, miokard
Epigastrium Lambung, pankreas, duodenum, paru, kolon
Abdomen kiri atas Limpa, kolon, ginjal, pankreas, paru
Abdomen kanan bawah Apendiks, adneksa, sekum, ileum, ureter
Abdomen kiri bawah Kolon, adneksa, ureter
Suprapubik Buli-buli, uterus, usus halus
Periumbilikal Usus halus
Pinggang/punggung Pankreas, aorta, ginjal
Bahu Diafragma
1. Letak Nyeri Perut
Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letaknya dengan asal organ tersebut pada masa embrional. Sedangkan letak somatik biasanya dekat dengan organ sumber nyeri sehingga relatif mudah menentukan penyebabnya.
2 .Sifat Nyeri
A. Nyeri Alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah. Misalnya, pada kolesistitis akut, nyeri dirasakan di daerah ujung belikat. Pada abses di bawah diafragma atau rangsangan karena radang atau trauma pada permukaan atas limpa atau hati juga dapat mengakibatkan nyeri di bahu.
B. Nyeri Radiasi
Nyeri radiasi adalah nyeri yang menyebar di dalam sistem atau jalur anatomi yang sama. Misalnya kolik ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar pada wanita atau testis pada pria.
C. Nyeri Proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensorik akibat cedera atau peradangan saraf. Misalnya nyeri perifer setempat pada herpes zoster. Radang saraf ini pada herpes zoster dapat menyebabkan nyeri hebat di dinding perut sebelum gejala atau tanda herpes zoster menjadi jelas.
D. Hiperestesi
Hiperestesi atau hiperalgesi sering ditemukan di kulit jika ada peradangan pada rongga di bawahnya. Pada gawat perut tanda ini sering ditemukan pada peritonitis setempat maupun peritonitis umum.
Nyeri yang timbul pada pasien dengan gawat abdomen dapat berupa nyeri yang terus menerus (kontinyu) atau nyeri yang bersifat kolik.
E. Nyeri Kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietale akan dirasakan terus menerus karena berlangsung terus, misalnya pada reaksi radang. Perdarahan di saluran cerna tidak menimbulkan nyeri.
F. Nyeri Kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut.
G. Nyeri Iskemik
Merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.
H. Nyeri Pindah
Kadang nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya pada permulaan apendisitis, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri viseral dirasakan sekitar pusat disertai rasa mual sebab apendiks termasuk usus tengah. Setelah radang terjadi di seluruh dinding peritoneum, terjadi nyeri akibat rangsangan peritoneum yang merupakan nyeri somatik. Saat ini nyeri dirasakan tepat pada peritoneum yang meradang. Jika terjadi apendisitis gangrenosa, nyeri berubah lagi menjadi nyeri iskemik yang hebat, menetap dan tidak menyurut.

Pencegahan
Pencegahan dilalukan berdasarkan fakta epidemologi terutama factor penyebab yaitu dengan memberikan penyuluhan kepeda masyarakat maupun perorangan.
1. Pencegahan primer dimaksudkan untuk menghilangkan fakor penyebab masalah yang nyata .
Dalam gaya hidup adalah kebiasaan merokok sehingga yang penting sekali ialah mencegah remaja mulai merokok dan mencegah adanya perokok pasif, masalah kelebihan makanan, pajangan sinar ultra violt dan rotgen.

2. Pencegahan sekunder merupakan panapisan pada kelompok tertentu yang berisiko tinggi
Terhadap keganasan tersebut.
Penapisan ini bertitik tolak pada anggapan bahwa jika diagnosa ditegakkan dan terapi langsung diberikan, maka hasil penanganan lebih baik ketimbang hasil pengobatan pada tingkat penyakit yang telah menyebabkan seseorang mencari pengobatan.

PEMERIKSAAN PADA PASIEN TUMOR ABDUMEN
Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan. Pemeriksaan darah tepi dan laju endap darah masih tetap diperlukan untuk menentukan apakah tumor tersebut memang ganas dan apakah tumor telah mengganggu sistem hematopoiesis, seperti perdarahan intra tumor atau metastasis ke sumsum tulang dan lain-lain.
Kemudian dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen dan khusus untuk tumor retroperitoneal diperlukan pemeriksaan pielografi intravena. Selanjutnya pemeriksaan ultrasonografi dan atau CT-scan dilakukan sesuai sarana dan prasarana. Adakalanya pemeriksaan ini juga dapat membantu menentukan tumor itu ganas, yaitu bila ditemukan tidak adanya batas antara tumor dan jaringan sekitarnya yang berarti tumor telah melakukan penyusupan atau mengadakan destruksi jaringan sekitarnya atau adanya pembesaran kelenjar getah bening dan metastasis di tempat lain.
Untuk tumor yang diketahui menghasilkan produk metabolit tertentu atau marker, perlu diperiksa kadarnya, sebaiknya sebelum dilakukan pengobatan untuk menunjang diagnosis. Pemeriksaaan ini diulang secara berkala untuk menilai keberhasilan pengobatan dan kemungkinan residif.
Selanjutnya penderita dipersiapkan sebaik-baiknya untuk menjalani laparatomi eksplorasi. Saat itu ditentukan apakah tumor dapat diangkat seluruhnya atau sebagian atau hanya dapat dilakukan biopsi. Keterangan ini diperlukan untuk tindakan selanjutnya. Bila tumor dapat diangkat seluruhnya maka stadium tetap, tetapi bila tumor hanya dapat diangkat sebagian (debulking) atau tumor pecah selama operasi (spill), maka stadium dinaikkan setingkat. Untuk tumor yang hanya dapat dibiopsi, biasanya dilanjutkan dengan kemoterapi atau radiasi dahulu dan setelah tumor mengecil dilakukan re-laparatomi.
Salah satu pemeriksaanyan adalah:
1.Anamnesis
Pada anamnesis penderita dengan gawat abdomen ditanya terlebih dahulu permulaan nyerinya (kapan mulai, mendadak atau berangsur), letaknya (menetap, pindah atau beralih), keparahannya dan sifatnya (seperti ditusuk, tekanan, terbakar, irisan, bersifat kolik), perubahannya (bandingkan dengan permulaan), lamanya, apakah berkala, dan faktor apakah yang mempengaruhinya (adakah yang memperingan atau memberatkan seperti sikap tubuh, makanan, minuman, nafas dalam, batuk, bersin, defekasi, miksi).
Harus ditanyakan apakah pasien pernah nyeri seperti ini.
Muntah sering ditemukan pada penderita gawat perut. Pada obstruksi usus tinggi muntah tidak akan berhenti, malahan biasanya bertambah hebat. Sembelit (konstipasi) didapatkan pada obstruksi usus besar dan pada peritonitis umum.
Nyeri tekan didapatkan pada letak iritasi peritonium. Jika ada peradangan peritonium setempat ditemukan tanda rangsang peritonium yang sering disertai defans muskuler. Pertanyaan mengenai defekasi, miksi, daur menstruasi dan gejala lain seperti keadaan sebelum diserang tanda gawat perut, harus dimasukkan dalam anamnesis.
2 Pemeriksaan Fisik
Langkah pemeriksaan fisik penderita gawat perut :
1. Umum:
- inspeksi umum
- tanda sistemik
- suhu badan (rektal dan aksiler)
2. Abdomen:
- Inspeksi: • Perut yang distensi dengan bekas operasi dapat memberikan petunjuk adanya perlengketan usus.
• Abdomen yang berkontraksi di daerah skafoid terjadi pada pasien perforasi ulkus.
• Peristaltik usus yang terlihat pada pasien yang kurus menunjukkan adanya obstruksi usus.

- Auskultasi:
• Bising usus yang meningkat dengan kolik terdengar pada pasien obstruksi usus halus bagian tengah dan awal pankreatitis akut. Suara tersebut berbeda dengan bising hiperperistaltik bernada tinggi yang tidak berhubungan dengan nyeri tekan pada gastroenteritis, disentri, dan kolitis ulseratif fulminan.
• Bising usus yang menurun, kecuali suara yang tidak teratur atau lemah, menandakan terjadinya obstruksi atau peritonitis difus.
- Nyeri batuk:
Pasien diminta untuk batuk dan menunjukkan daerah yang paling nyeri. Iritasi peritonel dapat diyakinkan dengan pemeriksaan ini tanpa harus menimbulkan nyeri pada pasien untuk mencari nyeri lepas. Tidak seperti nyeri parietal pada peritonitis, kolik adalah nyeri viseral dan jarang diperberat dengan inspirasi dalam atau batuk.

- Perkusi:
• Terdapatnya nyeri pada perkusi yang berlokasi sama dengan nyeri lepas, menunjukkan iritasi peritoneal dan nyeri parietal.
• Pada perforasi, udara bebas akan berkumpul di bawah diafragma dan menghilangkan pekak hati.
• Timpani di sekitar garis tengah pada abdomen yang distensi menunjukkan adanya udara yang terperangkap pada usus yang berdistensi.
• Cairan bebas dalam peritoneal dapat ditemukan dengan shifting dullness positif.

- Palpasi: Nyeri yang menunjukkan adanya inflamasi peritoneal mungkin adalah hal terpenting yang ditemukan pada pasien dengan abdomen akut.
• Nyeri berbatas tegas ditemui pada kolesistitis akut, apendisitis, divertikulitis dan salpingitis akut.
• Bila ada nyeri difus tanpa penekanan harus dicurigai adanya gastroenteritis atau proses inflamasi usus tanpa peritonitis lainnya.
• Massa intraabdomen kadang-kadang ditemukan dengan melakukan palpasi dalam. Lesi superfisial, seperti kantung empedu yang membengkak atau abses apendiks sering menimbulkan nyeri dengan batas tegas. Dengan tanda Murphy (palpasi pada daerah subkostal kanan pada saat pasien melakukan inspirasi dalam) dapat ditemukan adanya radang akut kantung empedu.
• Tanda illiopsoas : paha diekstensikan secara pasif atau secara aktif melawan tahanan. Uji ini positif pada abses di daerah psoas yang berasal dari abses perinefrik atau perforasi penyakit Crohn.
• Tanda obturator : nyeri pada tungkai fleksi saat dilakukan rotasi internal atau eksternal.
• Nyeri ketok di bawah iga menunjukkan adanya inflamasi pada diafragma, hepar, limpa, atau jaringan penunjangnya.
• Nyeri pada sudut kostovertebral sering terjadi pada pielonefritis akut.
- Pemeriksaan cincin inguinal dan femoral.
- Pemeriksaan colok dubur.
Tanda pemeriksaan fisik pada berbagai gambaran gawat perut :
Keadaan Tanda klinik penting
Awal perforasi saluran cerna atau saluran lain Perut tampak cekung, tegang; bunyi usus kurang aktif, pekak hati hilang, nyeri tekan, defans muskuler
Peritonitis Penderita tidak bergerak, bunyi usus hilang, nyeri batuk, nyeri gerak, nyeri lepas, defans muskuler, tanda infeksi umum, keadaan umum merosot
Massa infeksi atau abses Massa nyeri (abdomen, pelvik, rektal), nyeri tinju, uji lokal (psoas), tanda umum radang.
Obstruksi usus Distensi perut; peristalsis hebat (kolik usus) yang tampak dinding perut terdengar (borborigmi), dan terasa (oleh penderita yang bergerak); tidak ada rangsangan peritoneum
Ileus paralitik Distensi, bunyi peristalsis kurang atau hilang, tidak ada nyeri tekan lokal
Iskemia/strangulasi Distensi tidak jelas (lama), bunyi usus mungkin ada, nyeri hebat sekali, nyeri tekan kurang jelas, jika kena usus mungkin keluar darah dari rektum, tanda toksis
Perdarahan Pucat, syok, mungkin distensi, berdenyut jika aneurisma aorta, nyeri tekan lokal pada kehamilan ektopik, cairan bebas (pekak geser), anemia
Proses patologik yang mengakibatkan gawat abdomen :
Penyebab Contoh.
1. Radang Appendisitis akut
2. perforasi apendiks
3. Perforasi tukak lambung
4. perforasi usus tifus
5. pankreatitis akut
6. kolesistitis akut
7. adneksitis akut
8. leus obstruktif Hernia inkarserata
9. Volvulus usus
10. Iskemia Hernia strangulata
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan antara lain pemeriksaan darah, urine, dan feses. Sedangkan pemeriksaan radiologis adalah foto polos dada, foto polos abdomen, angiografi, pemeriksaan dengan kontras, ultrasonografi (USG), CT-Scan, endoskopi, dan parasintesis.
Pada foto polos abdomen , gambaran gas difus dengan udara mencapai ampula rekti menunjukkan adanya ileus paralitik, khususnya bila bising usus menghilang. Distensi usus yang berisi gas terjadi pada obstruksi usus. Air fluid level terjadi pada obstruksi usus halus bagian distal. Distensi sekum dengan usus halus yang mengalami dilatasi terjadi pada obstruksi usus besar.
DIAGNOSIS
• Nyeri Sentral
Jika terdapat nyeri sentral hebat terpusat di perut dapat dipikirkan kemungkinan tahap awal obstruksi usus halus, apendisistis, dan pankreatitis walaupun yang terakhir ini jarang ditemukan. Jika sewaktu pengamatan terjadi perkembangan klinis seperti kenaikan suhu, muntah, atau nyeri tekan lokal, diagnosis akan lebih jelas.
Bila nyeri sentral hebat diikuti shok, harus dipikirkan volvulus usus halus,kehamilan ektopik yang terganggu, pankreatitis akut, oklusi koroner jantung, oklusi vena mesenterika, atau aneurisma yang robek atau pecah.
Bila ditemukan defans muskuler, perlu dipikirkan perforasi tukak peptik atau perforasi saluran cerna.
• Kolik
Nyeri ini disertai muntah dan distensi yang makin besar tapi tanpa defans muskuler yang jelas mungkin disebabkan oleh obstruksi usus halus.
• Nyeri Lokal dan Rangsang Peritoneum Lokal
Nyeri setempat disertai nyeri tekan dan defans muskuler di tempat nyeri banyak penyebabnya tergantung letak nyeri.
• Obstruksi Usus
Obstruksi usus halus menyebabkan nyeri kolik dengan muntah hebat, distensi perut, dan bunyi peristalsis tinggi. Pada penderita ini harus dipikirkan adanya hernia strangulata. Muntah menonjol pada obstruksi tinggi.
Volovulus usus halus jarang ditemukan, biasanya pada anamnesis didapatkan nyeri yang bermula akut, tidak berlangsung lama, menetap, disertai muntah hebat dan pada palpasi teraba massa yang nyeri dan bertambah besar. Biasanya penderita jatuh ke dalam syok.
Ileus obstruksi usus besar agak sering menyebabkan serangan kolik yang tidak terlalu hebat. Muntah tidak menonjol, tetapi distensi tampak jelas. Penderita tidak dapat defekasi atau flatus, dan bila penyebabnya volvulus sigmoid perut dapat besar sekali. Bila pada colok dubur teraba massa di rektum atau terdapat darah dan lendir, maka itu membantu diagnosis kemungkinan karsinoma rektum.
• Perforasi
Perforasi tukak peptik ditandai oleh perangsangan peritoneum yang mulai di epigastrium dan meluas ke seluruh peritoneum akibat peritonitis generalisata. Perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi pada penderita yang demam kurang lebih dua minggu disertai nyeri kepala, batuk, dan malaise yang disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defans muskuler, dan keadaan umum yang merosot.
• Kolitis
Kolitis amuba ditandai dengan kolitis hebat dengan pengeluaran lendir dan darah melalui anus disertai tanda perforasi.
• Trauma
Trauma dapat mengakibatkan ruptur organ perut dengan perdarahan dan perforasi usus.
• Organ Urogenital
Gawat perut dapat disebabkan oleh kelainan organ kelamin dan saluran kemih. Radang akut (pielitis) atau pienefros atau kolik ureter (batu atau gumpalan darah) menyebabkan tanda yang mirip gawat perut. Gawat perut dengan penderita yang langsung kolaps disebabkan oleh nyeri yang hebat. Sifat nyeri, cara timbulnya pada permulaan, dan perjalanan selanjutnya penting untuk menegakkan diagnosis. Nyeri yang timbul mendadak dan tidak tertahankan mungkin merupakan kolik ureter.
Sumber Nyeri : Organ atau Sistem Kelainan
 Saluran cerna Apendisitis akut
 Perforasi tukak peptic
 Perforasi usus karena tifus
 Obstruksi usus halus atau usus besar
 Hernia inkarserata
 Volvulus usus
 Gastroenteritis
 Kandung/saluran empedu Kolesistitis akut
 Kolangitis akut
 Kolik empedu
 Hati, pankreas, dan limpa Abses hati
 Hepatitis akut
 Pankreatitis akut
 Ruptur limpa
 Saluran kemih Kolik ureter
 Pielonepritis akut
 Alat kelamin dalam Kehamilan ektopik terganggu
 Puntiran kista ovarium
 Ruptur kista folikel ovarium
 Salpingitis akut (PID)
 Abses tubo-ovarial endometriosis

DIAGNOSIS BANDING
Kelainan organ dalam yang tidak memerlukan tindak bedah kadang mencemaskan karena dapat timbul tiba-tiba dan menyebabkan keadaan umum merosot cepat. Yang terkenal ialah gastroenteritis akut, pnemonia akut, infeksi virus akut antara lain demam berdarah dengue.
Diagnosis banding gawat perut juga termasuk kelainan ekstraabdomen yang menyebabkan nyeri di abdomen seperti kelainan di toraks misalnya penyakit jantung, paru atau pleura, kelainan neurogen, kelainan metabolik dan keracunan. Pada keadaan ini gejala dan tanda umum dan nyeri perut sering cukup jelas tetapi pada pemeriksaan perut tidak ditemukan kelainan. Nyeri tekan perut kontralateral atau nyeri lepas mustahil disebabkan oleh kelainan di toraks.
Kadang sukar membedakan kelainan akut di perut yang disertai nyeri perut dengan kelainan akut di toraks yang menyebabkan nyeri perut. Umumnya pada anamnesis nyata bahwa penyakit organ toraks tidak didahului atau disertai dengan mual atau muntah. Kelainan perut umumnya tidak mulai dengan panas tinggi atau menggigil (kecuali pada pielitis dan tifus), sedangkan panas tinggi dengan gigilan lazim ditemukan sebagai tanda awal pada kelainan akut toraks. Pada pemeriksaan perut pun tidak ditemukan tanda rangsangan peritoneum.
Kelainan ekstra abdomen yang menyebabkan nyeri perut :
Letak/keadaan Penyebab
Toraks (nyeri alih) kardiopulmoner Infark jantung
Perikarditis akut
Pleuritis akut/pneumonia/empyema
Pneumotoraks/embolus paru
Neurogenik Tumor sumsum belakang
Tekanan pada (akar) saraf interkostal
Herpes zoster
Kelainan endokrin/metabolik Hiperglikemia diabetes (ketoasidosis)
Uremia
Intoksikasi Sengatan serangga
Obat-obatan
timah
Hematom sarung m. rectus abdomen. Dan Lain-lain
Perbedaan tanda dan gejala gawat perut dan kelainan paru/pleura akut
1.Tanda/gejala Abdomen Toraks
2.Anamnesis Sebelum tanda awal
3.Nafsu makan Turun 4.Bisa Kolik Mungkin Tidak
5.Diare Mungkin Tidak
6.“influenza” Tidak Sering
7.Infeksi jalan napas Tidak Biasa
Permulaan:
a. Panas tinggi Tidak Biasa
b. Gigilan Tidak Biasa
c. Mual/muntah Biasa, Tidak/jarang
d. Nyeri perut pindah ke bawah Mungkin Tidak

Pemeriksaan fisik :
Penampilan wajah
Dari bagian Pipi
Normal/pucat Merah
Cuping hidung Tenang Bergerak sesuai dengan gerak napas
Herpes pada bibir Jarang atau Mungkin sekali
Penampilan kulit
Suhu dingin Mungkin panas
Kelembaban, Mungkin lembab Mungkin kering
Rasio denyut nadi/pernapasan Tidak tentu Mengurang
Dinding perut Mungkin tegang atau Jarang tegang
Nyeri bahu Sering ada Diatas atau dibawah klavikula

Uji tertentu
Illiopsoas Mungkin posistif atau Selalu negatif
Obturator Jarang positif atau Selalu negatif
Nyeri testis Dapat ditemukan dan Selalu negatif
Colok dubur Dapat ditemukan kelainan tertentu dan Selalu negatif
Pemeriksaan toraks Ronki mungkin ada pada kelainan perut atas Sesuai dengan kelainan paru atau pleura

PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Uji dubur digital
- X – ray
- Sigmoidoscope
- Fiber optik plexible scope
- Ultra sonografi.
- Laboratorium.

Konsep Keperawatan Perioperatif
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu: preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase. Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yan dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan. Disamping perawat kegiatan perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari tim kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima.
Berikut adalah gambaran umum masing-masing tahap dalam keperawatan perioperatif
Fase pra operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara pra operatif dan menyiapkan pasien untuk anstesi yang diberikan dan pembedahan.
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup .Pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anstesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien d atas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
Fase pasca operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan (recovery room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktivitas keperawaan mecakup renatang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anstesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keprawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan.
Contoh Aktivitas Keperawatan dalam Peran Perawat Perioperatif
FASE PRAOPERATIF
FASE INTRAOPERATIF
FASE POSTOPERATIF
Pengkajian:
Rumah/Klinik:
1. Melakukan pengkajian perioperatif awal
2 .Merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
3. Melibatkan keluarga dalam wawancara.
4. Memastikan kelngkapan pemeriksaan pra operatif
5 Mengkaji kebutuhan klien terhadap transportasi dan perawatan pasca operatif

Unit Bedah :
1. Melengkapi pengkajian praoperatif
2. Koordianasi penyuluhan terhadap pasien dengan staf keperawatan lain.
3. Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan terjadi.
4. Membuat rencana asuhan keperawatan
Ruang Operasi :
1. Mengkaji tingkat kesadaran klien.
2. Menelaah ulang lembar? observasi pasien (rekam medis)
3. Mengidentifikasi pasien
4. Memastikan daerah pembedahan
Perencanaan :
1. Menentukan rencana asuhan
2. Mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai (contoh: Tim Operasi)
Dukungan Psikologis :
1. Memberitahukan pada klien apa yang terjadi
2. Menentukan status? psikologis
3. Memberikan isyarat sebelumnya tentang rangsangan yang merugikan, seperti : nyeri.
4. Mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang lain yang berkaitan.

Safety Managenent :
1. Atur posisi klien :
a. Kesejajaran fungsional
b.Pemajanan area pembedahan
c. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
2. Memasang alat grounding ke pasien
3. Memberikan dukungan fisik
4. Memastikan bahwa jumlah spongs, jarum da instrumen tepat.
Pemantauan Fisiologis :
1. Melakukan balance cairan
2. Memantau kondisi cardiopulmonal
3. Pemantauan terhdap perubahan vital sign
Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar)
1 . Memberikan dukungan emosional pada pasien
2. Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi
3. Mengkaji status emosional klien
4. Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan.
Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Melakukan prosedur keselamatan bagi klien
2. Mempertahankan lingkugan aseptik dan terkontrol
3. Mengelola sumber daya manusia secara efektif.
Komunikasi dari Informasi Intra operatif :
1. Menyebutkan nama pasien
2 .Menjelaskan jenis pembedahan yang dilakukan
3. Menggambarkan faktor-faktor intraoperatif, meliputi pemasangan drain atau kateter, kekambuhan peristiwa-peristiwa yang tidak diperkirakan.
4. Menjelaskan pembatasan fisik dan keterbatasan fisik yang dialami pasien.
5. Menerangkan gangguan akibat pembedahan
6. Melaporkan tingkat kesadaran praoperatif klien
7. Mengkomunikasikan tentang peralatan yang diperlukan.
Pengkajian Pasca operatif di Rocovery Room :
1. Menentukan respon segera pasien terhadap pembedahan
Unit Bedah :
1 . Mengevaluasi efektivitas dari asuhan keperawatan di ruang operasi.
2. Menentukan tingkat kepuasan pasien
3. Mengevaluasi produk-produk yang digunakan pada pasien di ruang operasi.
4. Menetukan status psikologi pasien
5. Membantu dalam perencanaan pemulangan
Rumah/Klinik :
1. Kaji persepsi pasien tentang pembedahan dalam kaitannya dengan agen anastesi, damapak pada citra tubuh, penyimpangan dan immobilisasi
2. Tentkan persepsi keluarga tentang pembedahan.

TAHAPAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
Keperawatan perioperatif dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu :
a. Keperawatan Pre Operatif
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN

I. PERSIAPAN FISIK
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu :
a. Persiapan di unit perawatan
b. Persiapan di ruang operasi
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :
a. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. ?Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
b. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 ? 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 ? 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
d. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
e. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
Daeran yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan. ?
f. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
g. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan.
h. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :

1. Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang.
Letakkan tangan diatas perut
Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat.
Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
2. Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranastesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.
Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan.
Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.
Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
3. Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatn fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukung dan mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor usis/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan pembedahan/operasi.
Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :
1. Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun . sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ.
2. Nutrisi
Kondisi malnutris dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein).
Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat karena tambahan beraat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaaring miring dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.
3. Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi.
4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin
Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus yang tidak terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anstesi. Atau juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuart pasca operasi atau pemberian insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang mendapat terapi kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi adrenal. Pengguanaan oabat-obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter anastesi dan dokter bedahnya.?
5. Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya. ?
6. Alkohol dan obat-obatan
Individu dengan riwayat alkoholic kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah-masalah sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko pembedahan. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk. Maka sebelum dilakukan operasi darurat perlu dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari asprirasi dengan pemasangan NGT.